Nasional , News, Pendidikan

Kisah Guru Honor Tinggal Di Toilet Sekolah

Juliadi | Selasa 16 Jul 2019 12:06 WIB | 4334



Foto : Kompas.com


MATAKEPRI.COM, Pandeglang - Sudah dua tahun, Nining Suryani (44) dan tinggal di WC sekolah tempat mengabdi.

Guru honorer di SDN Karyabuana 3, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten, memutuskan untuk tinggal di WC 



WC tersebut berada di lingkungan sekolah dan sehari-hari masih dipakai oleh guru dan siswa. Oleh Nining dan ditolak, Ebi Suhaebi (46), sebagian WC ini lalu ikut.



Mereka lalu menambahkan kamar lain di sebelahnya untuk kamar dan tempat berjualan jajanan sekolah. 



"Bekas WC jadi tempat masak, kalau tidur di samping WC, ada ruangan dibangun dari kepala sekolah," kata Nining di SDN Karyabuana 3, Cigeulis, Senin (15/7/2019).




Menurut Nining, semua berawal saat roboh karena lapuk. Lantaran tidak ada pilihan lain, dia meminta izin pihak sekolah menggunakan WC sekolah untuk tempat tinggal sementara.

Awalnya, pihak sekolah telah menghabiskan, tetapi akhirnya mengizinkan lantaran tidak ada tempat lagi untuk Nining dan keluarga tinggal.



"Kepala sekolah membantu belikan kayu, saya dan suami yang bangun. Alhamdulillah bisa nyaman tinggal di sini," ujar dia.



Bergaji Rp 350.000 per bulan


Nining disambut tidak bisa mendukung rumah dengan keuangan yang minim. Gaji sebagai guru honorer sebesar Rp 350.000 tidak cukup untuk menyewa rumah. Bahkan, untuk membicarakan kehidupan sehari-hari saja masih kurang.



Sementara itu, berbicara hanya bekerja dengan bahasa yang tidak menentu. 



"Gaji saya sebagai guru hanya Rp 350.000, cair tiga bulan sekali," kata ibu beranak dua ini.



Kedua pulang hanya pulang sesekali. Anak-anak bekerja di Jakarta, sedangkan yang kedua bersekolah di MTs sekitar 40 km dari Cigeulis.



Nining berharap, gajinya sebagai guru bisa naik, apalagi dia sudah mengabdi sebagai guru selama 15 tahun.



Ibu dua anak ini punya alasan khusus mengapa tetap bertahan sebagai guru honorer kendati gajinya kecil. Dia masih menyimpan harapan untuk diangkat menjadi PNS dan mendapat penghasilan yang sesuai dengan pengabdiannya.



"Kalau enggak diangkat juga enggak apa-apa, setidaknya ada kebijakan dari pemerintah berapa kenaikan per bulan. Mau kecil mau besar saya ikhlas terima," kata Nining.



Sayangnya, tahun demi tahun berlalu, status Nining belum naik juga. Berbagai upaya sudah dilakukan, termasuk kuliah lagi untuk mendapatkan gelar sarjana. 




Nining mengaku sempat merasa putus asa dan menyerah. Apalagi usianya saat ini sudah melebihi batas ambang persyaratan menjadi PNS. Sempat pula tebersit niat untuk berhenti mengajar, tapi urung mengingat salah satu anaknya masih perlu biaya sekolah. 



"Anak saya yang kedua sekarang masih sekolah di pesantren, tiap bulan butuh biaya," kata dia.



Cita-cita Nining


Sebelum tinggal di toilet sekolah, Nining tinggal di sebuah rumah petak di dekat sekolah. Namun, dua tahun lalu rumah tersebut roboh lantaran sudah lapuk.



Keinginan Nining kini hanya satu, dia bisa punya tempat tinggal sendiri yang layak sehingga bisa ditinggali oleh keluarga kecilnya.



Sekretaris Camat Kecamatan Cigeulis Encep Hadikusuma mengaku prihatin dengan keadaan Nining yang tinggal di sekolah. Dia mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan akan memindahkan Nining ke tempat yang layak.



"Kami sudah sepakat dari pihak kecamatan dan guru-guru untuk membuatkan rumah, secepatnya akan dibangun," kata dia. (***)



Sumber : Kompas.com 



Share on Social Media