News

Waspada, Perairan Kepri Terancam Dilanda Minyak Pasca-dua Kapal Tabrakan di Perbatasan Singapura-Mal

| Jumat 06 Jan 2017 05:39 WIB | 2593



Ilustrasi tabrakan kapal


MATAKEPRI. COM,  Batam — Sedikitnya 300 ton minyak tumpah setelah dua tanker bertabrakan di perbatasan Singapura-Malaysia, Selasa (3/1/2017) malam. 

Insiden itu membuat Kepulauan Riau waspada karena khawatir tumpahan minyak terbawa arus ke provinsi perbatasan tersebut.

Otoritas Maritim dan Pelabuhan (MPA) Singapura dalam siaran pers, Rabu (4/1/2017), menyatakan, insiden itu terjadi menjelang tengah malam. Motor Tanker (MT) Wan Hai 301 bertabrakan dengan MT APL Denver.

Kapal-kapal berbendera Singapura dan Gibraltar itu bertabrakan di antara kawasan Changi di Singapura dan Pasir Gudang di Malaysia. Lambung MT APL Denver dilaporkan robek dan menumpahkan ratusan ton minyak.

Dalam pernyataan MPA disebut otoritas Malaysia sudah mengerahkan pengendali polusi. Selain kapal pengendali polusi milik Malaysia, dikerahkan pula kapal dengan fungsi serupa milik Singapura. 

Hingga Rabu sore, Singapura menyiapkan delapan kapal sejenis untuk berjaga apabila tumpahan minyak meluas.

Hal itu antara lain karena ditemukan sisa tumpahan minyak di sebagian pesisir Singapura. MPA memastikan akan ada investigasi atas insiden itu.

Secara terpisah, Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Bintan Raja Akib menuturkan, insiden itu mencemaskan warga Bintan.

Meski Singapura dan Malaysia menyatakan polusi sudah dikendalikan, Bintan khawatir ada limbah hanyut ke pesisir kabupaten di perbatasan Indonesia-Singapura itu.

Kerap dicemari

Pesisir utara dan timur salah satu kabupaten di Kepulauan Riau kerap dicemari limbah minyak setiap Oktober hingga Maret.

Limbah berupa gumpalan minyak dan berwarna hitam menutupi pesisir utara dan timur Bintan. Limbah minyak dibuang di perairan internasional dan dibawa arus ke Bintan.

Akib menuturkan, limbah itu menutupi pantai dan alat-alat tangkap nelayan. Akibatnya, sektor pariwisata dan kelautan yang menjadi penggerak ekonomi pesisir Bintan tidak optimal. ”Kami tak punya kemampuan menyelesaikannya,” ujarnya sebagaimana dilansir kompas.com. 

Ia berharap pemerintah aktif mencegah pembuangan limbah di perairan internasional. Pemerintah Kabupaten Bintan juga membutuhkan bantuan membersihkan pantai dan alat tangkap milik nelayan.

Penyelesaian masalah itu membutuhkan kerja sama antarnegara. Sebab, kejadian berlangsung di perairan lintas negara. 

”Bukan kewenangan kabupaten untuk soal hubungan internasional,” kata Akib.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan MR Karliansyah mengatakan, pihaknya masih terus memantau perkembangan dampak pencemaran tumpahan oli akibat kecelakaan kapal di Johor.

Namun, hingga semalam, laporan belum menunjukkan tumpahan minyak mencapai ke perairan Indonesia.(*)



Share on Social Media