News

Orang Suka Nonton Film Biru Rentan Selingkuh

| Selasa 21 Mar 2017 09:06 WIB | 5014




MATAKEPRI.COM -Anda mungkin termasuk orang yang sering dibuat kagum oleh adegan-adegan dalam film porno alias film biru.

Bagaimana tidak, tokoh-tokoh dalam film tersebut memiliki bentuk tubuh aduhai, hasrat bercinta yang seolah tidak pernah padam, dan tentu saja permainan cinta dengan durasi yang sangat lama.

Tapi, itu semua sebenarnya hanya ada dalam film.

Semua adegan yang Anda lihat tidak menggambarkan apa yang terjadi dalam kehidupan nyata. Maka jangan sampai apa yang Anda lihat di film biru membentuk konsep seks ideal yang salah.

Pasalnya, banyak pihak yang merasa kehidupan seksnya tidak memuaskan lantaran tidak sebergairah apa yang mereka lihat di film biru.

Padahal faktanya, konsep seks ideal berdasarkan film erotis tersebut memang tak sama dengan kehidupan nyata.

Berikut adalah beberapa fakta seputar film biru yang perlu Anda tahu, seperti ditulis di menshealth.com.

1. Ukuran penis yang besar

Sering berpikir bagaimana rasanya bercinta dengan pria berpenis super besar seperti di film porno? Percayalah, hanya ada sedikit wanita yang bisa menghadapi dan juga menikmati ukuran penis yang terlalu besar. Menurut Seymore Butts, salah satu sutradara film porno, cukup banyak aktris film porno yang sebenarnya kesakitan saat beradegan seks dengan bintang porno yang memiliki penis besar.

"Saya biasanya mengedit wajah aktris yang tampak kesakitan, karena itu mengganggu. Itu bisa menghilangkan fantasi penonton," kata Butts.

2. Seks maraton

Banyak orang yang iri dengan performa para aktor film porno karena mampu berhubungan seks dalam waktu yang sangat lama. Padahal, sebelum kamera mulai merekam, mereka sudah mengonsumsi pil atau injeksi penis agar bisa bertahan lama!

Selain itu, pengambilan gambar juga memiliki jeda sehingga para pemainnya bisa beristirahat dan tentunya meraih ereksi kembali. Artinya, tidak ada pemain yang melakukannya secara nonstop.

Permainan seks yang terus-menerus, karena pembuatan film, selama bertahun-tahun ternyata berdampak negatif pada organ vital para aktor. Sebagian ada yang tidak bisa ejakulasi saat bercinta, bahkan ada yang sudah kebal dengan obat antiimpotensi yang sering mereka minum saat berakting.

3. Libido yang sulit terpuaskan

Memang ada bintang porno yang bermain film murni untuk seks, tapi jumlahnya bisa dihitung jari. Menurut Butts, berdasarkan pengalamannya, para pemainnya melakukan adegan karena uangnya, lalu karena ingin mendapat sanjungan, lalu kebebasan, baru karena seks.

Sebagian besar dari pemain itu tidak menikmati seks. Ada pula pemain yang sebenarnya lesbian dan tidak menikmati hubungan seks dengan pria, dan sebagainya. Namun mereka melakukannya karena memang itu pekerjaannya dan mereka sudah belajar bagaimana memalsukannya.

4. Hubungan seks tanpa kondom

Walau para pemain film porno wajib dites setiap 14-30 hari untuk mengetahui ada tidaknya infeksi menular seksual (IMS), tetapi IMS adalah hal yang banyak terjadi di industri ini. Melakukan hubungan seksual dengan berganti pasangan tanpa kondom sangat rentan tertular penyakit.

Begitu banyak fakta muram di industri ini, sehingga seperti yang disampaikan sebelumnya, membandingkan aktivitas bercinta Anda dan pasangan dengan apa yang dilihat di film biru tentu tidaklah bijaksana, bukan?.


Apa Pentingnya Film Biru

Memang, tak sedikit orang yang merasakan manfaat nonton film biru atau yang biasa dikenal dengan BF. Entah dalam soal peningkatan gairah atau dorongan seks maupun dalam hal variasi posisi dan gaya. Bahkan, ada yang bisa merasa terpuaskan hanya dengan nonton BF.

Sebaliknya, tak sedikit pula orang yang tak suka BF, merasa jijik, dan bahkan terhina, atau malah menganggap pasangannya mulai "tak waras" karena mengajaknya nonton film jenis itu sebelum mereka berhubungan seks.

Jika Anda rajin menyimak rubrik konsultasi seks di sejumlah media cetak, cukup banyak pembaca yang mempertanyaan soal penggunaan BF ini. Umumnya, mereka cenderung memandang negatif dan menganggapnya sebagai film porno yang tak layak ditonton. Lantas, bagaimana sebenarnya?

BANGKITKAH GAIRAH

Dr. Boyke Dian Nugraha, DSOG, MARS tak mengelak, banyak pasangan merasa jijik melihat film biru seperti yang dimuat di bangkapos.com. Tapi, "Kenyataannya mereka juga membutuhkan, kok!" tukas ahli kebidanan & penyakit kandungan yang belakangan lebih dikenal sebagai konsultan seks ini. Bahkan, sambungnya, data penelitian menunjukkan, hampir 97 persen remaja di Indonesia sudah pernah menontonnya. "Khususnya bagi pasangan suami-istri, masyarakat harus mulai belajar bahwa film biru tak selalu membawa dampak negatif." Dari situ, lanjut Boyke, "suami-istri bisa mendapatkan banyak manfaat untuk mengatasi kejenuhan hubungan mereka."

Menurut Boyke, ada beberapa syarat hubungan seks yang sehat. Yang nomor satu, seks harus dilakukan dalam ikatan perkawinan. Selanjutnya, dilakukan dengan cinta dan lewat komunikasi intim, serta dengan teknik dan variasi. Juga, harus ada keterlibatan emosi.

Agar gairah seks tetap bisa dipertahankan, dibutuhkan suasana hati atau mood. Jika pasangan sudah mengalami kejenuhan, maka mungkin perlu variasi. "Nah, film biru bisa dijadikan alternatif untuk membangkitkan mood pasangan," kata Boyke. Apalagi, seperti dikatakan Dr. Gerard Paat, MPH dari RS Sint. Carolus dalam kesempatan berbeda, "Film biru memiliki aspek perangsangan. Suami atau istri yang respon seksnya pelan, bisa dipercepat dengan menontonnya."

Boyke melihat, film biru diperlukan hanya sebagai bagian dari alat bantu. Sama halnya seperti melakukan hubungan seks dengan iringan musik, atau melakukannya di bawah lampu temaram, di kamar mandi, dan sebagainya. "Seks memang membutuhkan variasi tempat atau suasana, teknik, dan alat bantu untuk perangsangan. Nah, alat bantu ini bisa bermacam-macam, salah satunya film biru," jelas pengasuh acara konsultasi seks di sebuah radio swasta ini.

Selain itu, ia juga bisa menjadi sumber informasi. "Banyak pria yang sangat konservatif dan hanya 'main tembak langsung'. Nah, dengan melihat film jenis itu, ia akan mengetahui bagaimana cara berhubungan seks yang benar," kata Boyke.

JANGAN NYANDU

Kendati demikian, pasangan suami-istri tetap harus waspada dan sadar, bahwa tak semua film biru layak ditonton. Boyke menganjurkan, "Pilih film-film yang mempunyai alur cerita atau film yang memang menyajikan pendidikan seks. Jadi, tak semata menggambarkan hubungan seks, melainkan menggambarkan pula pentingnya misalnya foreplay, ruangan, atau musik pengiring saat berhubungan seks." Dengan begitu, orang bisa belajar betapa penting romantisme atau keterlibatan emosi dalam suatu hubungan seks. Dengan kata lain,bukan nafsu belaka.

Baik Boyke dan Gerard juga mengingatkan, "Jangan sampai menonton film biru menjadi candu!" Apalagi jika suami kemudian tak lagi mau berhubungan seks dengan istri, karena baginya film biru lebih menarik. Lebih celaka lagi, pria yang sudah kecanduan film biru, seperti diujarkan Boyke dan Gerard, akan lebih mudah berselingkuh. "Ada hubungan antara seringnya pria nonton film biru dengan kemungkinan ia berselingkuh," kata Gerard.

Lo, kok, bisa? "Pasalnya, apa yang dilihat suami di film, hampir 95 persen tak ditemukan pada istrinya," ungkap Gerard. Hal senada dikatakan Boyke, "Mungkin suami tak mendapatkan apa yang ia inginkan dari istrinya. Bisa saja karena istrinya terlalu konservatif. Nah, kebetulan suami bertemu dengan wanita lain yang bisa memenuhi keinginannya, akhirnya mereka berselingkuh."

Apalagi, sambung Gerard pada kesempatan terpisah, umumnya wanita tak begitu menyukai hubungan seks yang eksplisit. "Bagi mereka, itu bukan sesuatu yang menarik. Nah, jika suami berselingkuh dengan wanita yang mengerti keinginan pria, maka ia akan meniru apa yang dilihatnya di film dengan wanita teman selingkuhnya," tutur konsultan seks ini.

KOMUNIKASI DENGAN ISTRI

Begitulah, menonton film biru, kata ahli, boleh-boleh saja sepanjang dilakukan oleh pasangan suami istri. Tapi, itu pun hanya boleh dilakukan sesekali saja. "Jangan setiap kali mau berhubungan seks selalu menonton. Itu artinya sudah terobsesi!" tandas Boyke.

Selain itu, sebelum menonton, Boyke menganjurkan agar pasangan sebaiknya berkomunikasi lebih dulu. Jika istri menolak, suami harus bisa mengerti.

Sebaliknya, istri juga harus menyadari bahwa pria memiliki fantasi-fantasi liar yang bisa terpenuhi lewat film sejenis itu. "Semua tergantung bagaimana kita menjalin komunikasi, kok!" tukas penulis buku seputar masalah seks dan organ intim ini.

Gerard pun sependapat, "Komunikasi memang sangat diperlukan sebelum memutuskan menonton atau tidak. Jika istri tak mau, ya, jangan dipaksa. Tentu istri juga harus toleran. Jika memang suami tak bisa terangsang tanpa melihat film biru, istri harus bisa mengerti. Yang penting, dibatasi hanya untuk meningkatkan mood saja."

JADI SALAH PERSEPSI

Hal lain yang harus diperhatikan, kata Gerard, suami-istri sudah harus tahu mana yang benar dan mana yang tidak sebelum menonton film biru.

Soalnya, tak sedikit film jenis itu dibuat bukan dengan tujuan memperbaiki suatu hubungan seks yang kurang baik atau untuk menambah hubungan seks yang sudah baik. "Banyak, kok, yang dibuat hanya semata bersifat komersial. Oleh karena itu, pembuatannya pun tak ilmiah," ujar konsultan perkawinan ini.

Karena tidak ilmiah, lanjut Gerard, film biru bisa menimbulkan suatu persepsi yang keliru tentang salah satu aspek seksual, khususnya dalam hubungan seks pria-wanita.

"Persepsi yang keliru ini bisa menimbulkan perilaku yang keliru pula," tandasnya. Misalnya saja, dalam film digambarkan, semakin besar ukuran alat kelamin pria, semakin jantanlah dia.

"Akibatnya, setelah menonton, alat vital suami yang sebetulnya berukuran normal, bisa-bisa dianggap kurang oleh istri. Dan jika itu diucapkan istri di hadapan suami, jangan salahkan suami bila ia tersinggung dan harga dirinya hancur," kata Gerard.

Belum lagi, tambah lulusan FKUI ini, film biru juga bisa menimbulkan ide "bengkok" tentang hal-hal yang secara ilmiah sudah dibenarkan.

Contohnya tentang ukuran penis yang sebetulnya tak berpengaruh terhadap kepuasan seks wanita. "Kepuasan seks wanita tak ditentukan dari besar-kecil ukuran alat kelamin pria. Tapi karena di film digambarkan begitu, istri jadi salah persepsi," ujarnya.

Selain tak ilmiah, banyak film biru yang dibuat dengan kualitas tak baik dan pengambilan gambar diatur sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan hebat. "Dengan kata lain, ada unsur penipuan demi komersialisasi," papar Gerard.

Unsur positif dan negatif, memang selalu ada dalam setiap hal. Begitu pula pada film biru. Ia akan menjadi positif bila kita berangkat dari paradigma yang positif dan menggunakannya untuk hal-hal yang positif pula.

Tips Penting Sebelum Menonton

Sebelum menonton film biru, tips dari Boyke di bawah ini mungkin bisa membantu.
1. Pilih film yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Setidaknya yang memiliki jalan cerita mendekati realitas sehari-hari.
2. Libatkan pasangan dalam memilih film yang akan diputar.
3. Usahakan memutar setelah anak-anak tidur.
4. Ciptakan suasana santai selama nonton. Bila perlu, sediakan minuman atau makanan kecil saat menonton.
5. Tak perlu langsung mempraktekkan adegan yang dilihat.
6. Ingat, semua yang ditonton hanya adegan film. Jadi, jangan membanding-bandingkan dengan kenyataan.
7. Film biru bukan satu-satunya alat bantu untuk meningkatkan rangsangan atau gairah seks.
8. Film biru juga bukan satu-satunya yang dapat memberikan informasi tentang hubungan seks







Share on Social Media