Kesehatan

Para tunadaksa ini dilatih jadi relawan saat bencana ?? Ya, ini Pelatihannya

| Jumat 24 Mar 2017 17:10 WIB | 2350




MATAKEPRI.COM, Solo -Sebanyak 80 orang penyandang disabilitas kategori tunadaksa dari 14 provinsi, di antaranya Prov. Jabar, Jatim, Papua, NTT, NTB dan daerah lain di Indonesia, selama tiga hari Jumat sampai Minggu, 24-26 Maret 2017, mengikuti pelatihan khusus penanggulangan risiko bencana, di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) "Prof. Dr. Soeharso", Solo.

Pelatihan siaga bencana dengan motivator beberapa orang penyandang disabilitas, seperti Sabar Gorky dari Solo serta M. Thoha dan Jepang dari Klaten tersebut, bertujuan membekali kaum difabel agar setidaknya dapat menolong diri sendiri saat terjadi bencana.

AKH Kamali Hidayat, salah seorang instruktur dari Korps Sukarela (KSR) PMI Solo dan panitia pelaksana pelatihan, menjelaskan kepada "PR", materi pelatihan mencakup berbagai cara dan tindakan jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Pelatihan secara khusus yang meliputi klasikal dan simulasi lapangan tersebut, merupakan yang pertama diadakan atas kerjasama BBRSBD "Prof. Dr. Soeharso" dengan PMI cabang Solo.

"Materi pelatihan berupa penanggulangan risiko bencana, kesiagaan bencana, pembuatan spot map, jalur evakuasi, penentuan titik kumpul dan sebagainya itu, untuk membekali para penyandang disabilitas dalam menghadapi bencana. Mereka diajarkan menganalisis dan memahami lapangan, untuk mengevakuasi diri maupun untuk orang lain," kata Kamal.

Dalam pelatihan dan simulasi penanggulangan bencana, menurut mahasiswa Fakultas Teknik UNS tersebut, fokus utamanya adalah para penyandang disabilitas. Alasannya, karena kaum difabel selama ini dianggap paling rentan saat terjadi bencana. Padahal, dalam pandangan aktivis KSR PMI itu, kaum difabel dapat melakukan penanggulangan risiko bencana asal memperoleh bekas kesiagaan terhadap bencana.

"Intinya, pelatihan ini untuk membangkitkan kesadaran para penyandang disabilitas, bahwa mereka tidak rentan tetapi juga bisa berbuat untuk orang lain. Persoalannya, selama ini mereka belum tahu upaya apa yang harus dilakukan, setidaknya untuk mengevakuasi diri sendiri," tandasnya.

Dalam mengikuti pelatihan, para penyandang disabilitas termasuk yang di kursi roda tampak serius memperhatikan motivasi dan materi dari narasumber yang juga tunadaksa. Jadwal hari pertama pelatihan adalah pemberian motivasi dari Sabar Gorky, pendaki gunung internasional berkaki satu yang punya target menaklukkan tujuh puncak gunung di dunia.

"Motivasi yang diberikan sesama penyandang disabilitas tunadaksa itu, adalah pengetahuan mengenai bencana secara umum," tutur Humas KSR PMI Unit UNS, Atiqa Ulfa.

Kamali menambahkan, pada hari terakhir para peserta pelatihan diminta melakukan simulasi tanggap bencana di kawasan BBRSBD Soeharso. Dalam simulasi, para peserta membuat peta untuk menentukan titik-titik kumpul, memetakan jalur evakuasi dan melakukan penanggulangan risiko bencana, khususnya dalam evakuasi penyandang disabilitas.

"Dalam simulasi dikondisikan seolah-olah ada bencana. Para penyandang disabilitas peserta dari setiap kelas atau asrama, disimulasikan untuk membuat spot map dan melalui jalur evakuasi menuju ke titik kumpul untuk dievakuasi," kata Kamali lagi.(***)



Share on Social Media