News

Benarkah, Ular Piton balas dendam karena kelurga Akbar sering bunuh ular ?

| Jumat 31 Mar 2017 16:03 WIB | 2856




MATAKEPRI.COM, Mamuju - Kisah tragis yang menimpa Muhammad Akbar ‘Salubiru” bin Muhamad Ramli (25 tahun) hingga Kamis (30/3/2017) masih menjadi bahan perbincangan warga dan petani kelapa sawit di Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, 516 km utara Makassar.

Akbar dan ular masih jadi pokok cerita empat hari pasca-penemuan mayat Akbar oleh warga di perut ular sanca kembang (Python reticulatus), Senin (27/3/2017) malam, di kebun miliknya, Dusun Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, sekitar 72 km barat ibu kota provinsi.

Selain kesan tentang Akbar, cerita mulai mengupas latar belakang keluarga almarhum Akbar.

Ternyata paman Akbar, Adhan Andi Tajuddin, termasuk orang yang paling sering menangkap dan memelihara ular yang warga setempat menyebutnya dengan ular sawah atau 'tampusisi’.

Bahkan, Adhan mengaku kerap membunuh ular di kawasan perkebunan sawit Inti ini.

"Kalau dibilang pawang bukan karena saya sering membunuh, karena kalau pawang itu tidak membunuh," kata Adhan.

Adhan mengaku, tahun 2008 lalu, ia memelihara ular sanca sepanjang empat meter. Tapi ular sejenis yang memangsa keponakannya itu lepas.

"Saya yakin ular itu masih hidup," kata dia.

Namun, ular tersebut diyakini masih hidup dan berkeliaran sekitar lokasi kebun sawit di Salubiro.

Mendiang paman Akbar yang lain, Adhan Andi Malik, juga pernah memelihara ular sampai lebih dari dua puluh kali.

Terakhir ia memelihara ular sepanjang tiga meter.

"Terakhir saya pelihara ular disitu dan saya bawa ke Karossa karena mau dijual tapi lepas saat ditinggalkan di karung," kata Adhan.

Saat ular tersebut lepas, ditangkap dan dibawa kembali ke rumah, karena ia berpikir mungkin tidak mau dijual dan ular tersebut kembali lepas.

Kakak ipar almarhum Akbar, Abidin juga bericerita serupa. Petani sawit ini juga sering mendapati ular piton di kawasan tersebut.

"Saya pernah juga dapat ular yang memangsa babi, biar (ular piton itu) diinjak kepalanya, tidak goyang, tapi ini yang menelan Akbar, melawan waktu mau dilumpuhkan," cerita Abidin.

Istri dan Anak Tak Hadiri Pemakaman

Air mata Munaria (Muna) tak terbendung saat tiba di kediaman suaminya almarhum Akbar Bin Ramli (25), Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulbar, Jumat (31/3/2017).

Muna datang bersama dua buah hati Akbar, Putri Asawiyah Azisah Akbar (5) dan Nur Aqifah Naila Akbar (3 bulan).

Mereka tiba dari Desa Kaladi, Kecamatan Sulubara, Kabupaten Luwu, Sulsel, kampung halaman Muna.

Keluarga yang menyambut, juga tak kuasa menyembunyikan suara tangis mereka.

Munaria (Muna) baru tiba di kediaman suaminya almarhum Akbar Bin Ramli (25), Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulbar, Jumat (31/3/2017). 

Haru pun menyelimuti rumah panggung tua itu.

Muna dan anaknya hanya bisa melihat bekas tempat pembaringan jenazah Akbar.

Ayah almarhum Akbar, Muh Ramli (50) memeluk cucu-cucunya sambil terisak.

Akbar ditemukan tewas di perut ular piton raksasa, Senin (27/3/2017) malam.

Akbar ditelan piton Minggu (26/3/2017) siang. Jenazahnya dimakamkan di Salubiro, Selasa (28/3/2017).

Muna dan anak-anak terlambat datang karena daerahnya pelosok, tak ada jaringan telepon.

Dia mengetahui suami meninggal atas penyampaian adiknya, Rusdi, yang kuliah di Palopo.

“Karena dia dapat ditelpon dari tante di Samarinda, waktu malam Rabu, jadi dia yang masuk kasi tahu ka," kata Muna

Ternyata perjuangan Akbar ‘Salubiro’ Bin Ramli (25) memanen sawit, Minggu (26/3/2017) pagi, demi persiapan ongkos ke Tanah Luwu (Palopo) bertemu bayinya.

Impian bertemu bayi sekaligus rencana menunaikan ibadah puasa Ramadan 1438 H.

Suami Munariah (Muna) itu belum cukup mengumpulkan rupiah sedikit demi sedikit di kampung halamanya, Dusun Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulbar.

Tanaman kelapa sawit tumpuan harapan dompet tipisnya.

Namun, perjuangan sang ayah gagal telak Minggu itu.

Ketika tengah memanen di kebun sawitnya, Dusun Pangerang, ular piton raksasa datang memangsa.

Yah, Akbar ditelan bulat-bulat piton raksasa 7,1 meter.

Jasad Akbar ditemukan utuh di perut ular piton, Senin (27/3/2017) malam.

"Ada ini uangnya kodong (kasihan) dia simpan,” kata ayah kandung almarhum, Muh Ramli (50), Kamis (30/3/2017).

"Dia simpan ini uangnya untuk ongkos dia pakai ke sana lihat anaknya, karena sekalian mau juga rencana puasa di sana,” tutur Ramli menambahkan.

Hanya saja, Ramli belum melihat,“ di mana itu uangnya (uang Akbar) disimpan," kata Ramli dengan pelan, matanya berkaca-kaca.

Impian sirna. Akbar meninggalkan Muna dua anak selama-lamanya.

Jenazah Akbar dimakamankan di pekuburan Islam, Pantai Desa Salubiro, Selasa (28/3/2019) sekitar pukul 11.00 Wita.

"Anak pertamanya berusia lima tahun,sementara anak keduanya baru berusia tiga bulan," ujar Ramli.

Tiga bulan sebelum kematiannya, Akbar mengantar Muna ke Palopo, kampung halaman Muna.

Setelah 10 hari kelahiran anak kedua mereka, Akbar kembali ke Salubiro mengais nafkah.

“Mau sekali lihat itu anaknya yang bayi, karena Akbar tinggalkan saat bayi berusia 10 hari, tapi,” kata Ramli, menangis.

Akbar, di mata keluarga, adalah sosok pendiam.

"Sabar sekali ini Akbar, pendiam," kata Ramli.

"Karena sabarnya, dia tidak pergi cari kerja. Jadi saya suruh saja kerja sawit karena dia tidak tahu pergi cari kerja.".(***)





Share on Social Media