News

Samitun (85), nenek yang hidup bahagia bersama 3 kambing, layaknya ibu dan anak

| Sabtu 22 Apr 2017 19:11 WIB | 1742




MATAKEPRI.COM, Ponorogo- Meski berusia sekitar 85 tahun, Samitun hidup mandiri. Wanita paro baya ini tinggal bersama tiga ekor kambingnya di rumahnya yang lebih menyerupai sebuah kandang.

Samitun tidak dikarunia anak. Sementara, suaminya bernama Tego sudah meninggal sekitar tahun 1990-an.

Sehari-hari ia tidur ditemani tiga ekor kambing yang ia beri nama Blegon dan Koploh, dan Gembrut.

Samitun sangat menyayangi tiga kambingnya seperti seorang ibu yang menyayangi anak kandungnya.

Samitun tidur satu ruang bersama kambingnya di sebuah rumah berdinding bambu yang sudah lapuk.

Rumahnya berukuran sekitar tujuh meter kali sepuluh meter, berlantaikan tanah.

Tidak ada kasur, Samitun tidur di sebuah ranjang anyaman bambu dilapisi karung bekas.

Di samping ranjang tempat tidurnya, terdapat tungku kayu tempat ia memasak.

Tak ada perabot selain lemari kayu yang sudah reyot dan kandang ayam. Di dalam rumahnya juga tidak ada lemari pakaian. Bajunya ia simpan di dalam karung bekas.

"Saya lebih suka hidup sendiri, bersama kambing-kambing saya," katanya sambil mempersilahkan masuk ke rumahnya, RT 1 RW 3 Duku Brakal, Desa Biting, Kecamatan Ponorogo, Jumat (21/4/2017).

Ia mengaku sudah lama hidup bersama kambingnya. Kambing itu diperoleh dari upah merawat kambing.

Dia sengaja memberi nama kambing-kambingnya. Alasannya agar kambingnya menurut saat ia panggil.

Samitun memperlakukan kambingnya seperti anaknya sendiri. Dia jarang mengikat kambing-kambingnya selama berada di dalam rumah.

Kambingnya dibiarkan bebas berkeliaran di dalam rumah, hingga kotoran kambingnya berserakan di mana-mana.

Bahkan, ranjang bambu tempat dia tidur juga dipenuhi kotoran kambing. "Kasihan kalau diikat," katanya.

Waktu itu, sekitar pukul 10.30, Samitun baru tiba di rumahnya. Ia baru saja pulang dari mencari rumput di hutan tak jauh dari rumahnya. "Habis cari rumput," katanya.

Setelah meletakkan keranjang berisi rumput, ia masuk ke dalam rumahnya dan menyapa tiga ekor kambingnya.

"Sik, sabar nggih," katanya sambil membuka pintu rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu.

Blegon dan Koploh, tampak gembira melihat kedatangan majikannya. Begitu juga dengan Gembrut yang merupakan anak kambing perkawinan dari Blegon dan Koploh.

Seperti manusia, kambingnya ia beri makan tiga kali dalam sehari, pagi, siang, dan malam hari.

Sehari-hari ia mencari kayu bakar untuk dijual. Satu ikat atau satu gendong kayu biasanya dia jual Rp 10 ribu.

Selain itu, ia juga mengumpulkan kotoran kambingnya untuk dijual. Satu karung kotoran kambing biasanya dihargai Rp 10 ribu.

"Itu sudah laku, sudah dibayar. Uangnya sudah dipakai buat beli makan," katanya sambil menunjuk karung putih berisi kotoran kambing.

Dikatakan Samitun, ia sangat menyayangi tiga ekor kambingnya. Sudah ada beberapa orang yang hendak membelinya, namun ia belum mau menjualnya.

Samitun mengaku banyak saudaranya yang menawarinya untuk pindah dan hidup bersama mereka. Termasuk adiknya Wagiyem (70) adik kandungnya yang rumahnya berdempetan dengan rumahnya.

Namun, ia menolak karena tidak ingin mengganggu dan merepotkan. "Mereka kan sudah berkeluarga, punya keluarga sendiri," katanya.

Meski hidup pas-pasan, namun Samitun tak pernah mengeluh. Ia selalu bersyukur masih diberi umur panjang dan kesehatan. (***)





Share on Social Media