Lingga

Guru Auzar, Bikin Merinding Perjuangannya Mendedikasikan Diri untuk Pendidikan

| Rabu 23 Aug 2017 10:54 WIB | 2888



Kepsek SD 019 Dusun Tembok, Auzar


MATAKEPRI.COM, Lingga - Auzar, Kepala Sekolah Dasar (Kepsek) 019 Dusun Tembok. Lebih kurang dalam dua tahun belakangan, ia mendidik siswa di wilayah pesisir Pulau Lingga, yang mayoritas merupakan anak suku laut.

Nilai-nilai Kepsek yang berdomisili di Daik ini dalam menjalankan tugasnya sangat menarik untuk disimak. Perjuangannya yang harus berjalan kaki dari Sei Tenam ke  Dusun Tembok tidak bisa disepelekan. Dimana setiap hari Rabu dan Sabtu, ia  harus berjalan kaki lebih kurang 5 kilometer. Dan itu dilakukan demi anak didiknya.

Auzar mengaku tidak setiap hari berjalan kaki dari rumah ke sekolahnya. "Saya harus jalan kaki. Tapi tidak setiap hari. Kalau tiap hari tidak cukup ongkos," katanya.

Dia menyebutkan akses jalan yang dilaluinya sejauh lima kilometer ini sudah ada lama sekali. Jalan itu merupakan akses jalan milik perusahaan gudang kayu (somel). Saat ini, katanya, jalan itu hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Jika dibersihkan, kemungkinan akan bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua.

"Jalannya semak belukar. Namun kalau udah dibersihkan, motor bisa lewat. Karena ini masih banyak semak, maka terpaksa saya jalan kaki," ujar Auzar yang berperawakan sanggam tersebut.

Diakuinya, keterbatasan akses adalah salah satu kendala bagi guru-guru di SD 019 Lingga dusun III Tembok. Karena, banyak guru yang pernah mengajar di SD tersebut tidak betah. Sehingga ada guru yang hendak pindah. "Karena mereka mengajar di Tembok, keluarga mereka ada di  Sei Besar. Kalau saya pindah, semua guru nak pindah juga. Maka saya tetapkan saya mengajar di sini," ujarnya.

Salah satu tantangan guru di Tembok, terang Auzar adalah cara sosialisasi dengan masyarakat setempat. Begitu juga dengan murid yang tidak sembarang untuk mendidiknya. "Saat ini saja, guru kelas yang ada cuma  empat. Dan masih kekurangan  guru  untuk kelas IV, dan untuk  guru olahraga serta satu guru agama," imbuhnya.

Selaku manusia biasa, Auzar memiliki harapan agar akses jalan dari Simpang Kebun Sadril, sebelum Sei Tenam dari Daik tersebut dapat di buka oleh pemerintah. Menurut Auzar, kalau pemerintah punya niat buka akses, sebenarnya tidak payah lagi.

"Karena sudah ada jalur jalan yang ada sekitar lima meter lebarnya. Akses tersebut tinggal di bersih saja. Semisal melalui ABRI masuk desa,"imbuhnya.

Mengenai perjuangan kepala Sekolah tersebut, Kades Mentuda Abdul Hamid, mengaku cukup apresiatif. (bran)



Share on Social Media