News, Ekonomi

Badan Anak PBB : 340 Ribu Anak Rohingya dalam Kondisi Mengerikan

| Jumat 20 Oct 2017 14:30 WIB | 1797




MATAKEPRI.COM, Jakarta - Badan Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyatakan bahwa sekitar 340 ribu pengungsi anak Rohingya di Bangladesh hidup dalam kondisi mengerikan.

Dalam pernyataannya pada Jumat (20/10), UNICEF menjabarkan bahwa kondisi ratusan ribu anak itu mengenaskan karena kekurangan makanan, air bersih, hingga perawatan kesehatan.

Pelapor khusus UNICEF, Simon Ingram, mengatakan bahwa sebagian besar balita dari pengungsi anak itu mengalami malnutrisi.

Sementara itu, anak lainnya mengalami diare dan kolera akibat keadaan kamp pengungsi di Bangladesh yang sangat kotor.

UNICEF sendiri masih kelimpungan mencari dana untuk menyediakan segala fasilitas kesehatan di kamp penampungan, mulai dari air bersih hingga toilet.

Hingga kini, UNICEF masih mencari dana sekitar US$76 juta untuk dapat menyediakan fasilitas yang layak bagi para pengungsi, terutama anak-anak Rohingya.

Keadaan ini diduga akan kian buruk karena lebih dari 12 ribu pengungsi anak lainnya diprediksi akan datang setiap pekannya, mendesak UNICEF menyediakan fasilitas lebih mumpuni.

"Ini bukan peristiwa jangka pendek. Semuanya juga tidak akan berhenti dalam waktu dekat," ujar Ingram sebagaimana dilansir Reuters.

Meski demikian, UNICEF mengimbau Bangladesh untuk tetap membuka perbatasannya dari pengungsi Rohingya yang datang dari Rakhine, Myanmar.

"Keadaan ini sangat kritis sehingga perbatasan harus tetap dibuka agar perlindungan anak-anak tetap dapat diberikan, setara dengan anak-anak yang lahir di Bangladesh," ucap Ingram.

Isu Rohingya ini kembali menjadi perhatian setelah bentrokan antara kelompok bersenjata dan militer Myanmar di Rakhine pecah pada 25 Agustus lalu.

Bentrokan itu dipicu oleh serangan kelompok bersenjata Pasukan Pembela Rohingya Arakan (ARSA) ke sejumlah pos polisi dan satu pangkalan militer di Rakhine.

Sejak saat itu, militer Myanmar melakukan operasi pembersihan. Alih-alih menangkap kelompok bersenjata, aparat yang dibantu dengan warga lokal diduga mengusir paksa etnis Rohingya dengan menyiksa, membakar rumah, hingga membunuh mereka.

Akibat konflik ini, 1.000 orang terutama Rohingya tewas, sementara lebih dari 500 ribu lainnya kabur ke Bangladesh. PBB menganggap tragedi kemanusiaan ini sebagai upaya pembersihan etnis secara sistematis.

"Seseorang, jika laporan ini benar, akan bertanggung jawab atas itu. Semua keputusan ada di tangan pimpinan militer Myanmar. Peran apa yang ingin mereka mainkan di masa depan Myanmar?" kata Tillerson. (cnnindonesia/***)






Share on Social Media