Nasional , News, Kesehatan, Ekonomi

Pilu, Kemiskinan Paksa Keluarga Ini Pakai Air Limbah Untuk Memasak

| Rabu 20 Nov 2019 10:56 WIB | 1854

Kesehatan


Keluarga yang gunakan air limbah untuk keperluan sehari-hari (istimewa)


MATAKEPRI.COM, Jakarta - Pilu, Kemiskinan Paksa Keluarga Ini Pakai Air Limbah Untuk Memasak anak di Malaysia ini hidup dalam kemiskinan sejak orang tuanya sudah meninggal. Mereka bahkan masak menggunakan air limbah.


Malang sekali nasib sebuah keluarga yang ditinggalkan kedua orang tuanya meninggal. Mereka saat ini hidup sebatang kara dan mengalami kemiskinan. Satu keluarga ini terdiri dari 3 adik-kakak, mereka adalah Abdul Talib Mohd Kasim (19), Siti Noraini Ahma (14), dan Siti Norasniza (9).




Ketiganya tinggal di salah satu kampung di daerah Kelantan yaitu Kampung Mentara Lama. Ketiga bersaudara ini kini hanya hidup sebatang kara tanpa kedua orang tua yang bisa menemani dan mendampangi mereka. Ayahnya telah meninggal 6 bulan yang lalu karena serangan jantung, dan 3 bulan kemudian disusul kematian ibunya yang meninggal karena sakit diabetes.


Adik-kakak ini hidup dalam kondisi memprihatinkan karena semua serba dalam keterbatasan. Mereka bertiga tinggal di sebuah rumah beratapkan seng, bahkan tidak ada listrik. Keterbatasan lainnya karena mereka harus menggunakan air limbah dan air sungai untuk keperluan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah dan mencuci pakaian.


Bisa dibayangkan jika memasak menggunakan air pembuangan dan air sungai, saat membayangkannya saja sudah dapat digambarkan kalau itu merupakan sumber penyakit yang akan berbahaya bagi kesehatan. Membersihkan rumah dan pakaian menggunakan air tersebut pun juga tak sehat.


Dikutip dari World of Buzz (19/11), anak tertua keluarga tersebut saat ini menjadi kepala keluarga. Ia juga menceritakan kalau dirinya merawat ibunya yang sakit diabetes sampai akhirnya pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. Anak tertua dari keluarga ini mengatakan, "Sejak saat itu, hidup kita dipenuhi dengan kesulitan. Tetapi sebagai anak tertua, saya harus tetap kuat dan saya juga menyampaikan untuk adik perempuan saya agar tetap kuat"


Ketiganya tidak ada rasa mengeluh sedikitpun walaupun berada pada garis kemiskinan yang sangat memprihatinkan tersebut. Saat ini anak tertua dari keluarga tersebut bekerja sebagai buruh tani pada perkebunan kelapa sawit dengan penghasilan sebesar RM700 atau jika dirupiahkan sebesar Rp. 2.370.081,-.


Kisah miris ketiga bersaudara ini sudah diketahui oleh Departemen Kesehatan Rakyat di Malaysia. Ketiga bersaudara ini akhirnya juga mendapatkan biaya bantuan sebesar RM300 atau jika dirupiahkan sebesar Rp. 1.015.749,-.



(***)
Sumber detik



Share on Social Media