Untuk Membidik Pasar Eropa, 13 industri software Indonesia ikuti Pameran di Jerman
|
Rabu 15 Mar 2017 09:03 WIB
|
2675
MATAKEPRI.COM, Jakarta- Kementerian Perindustrian dan Badan Ekonomi
Kreatif Indonesia memfasilitasi sebanyak 13 industri perangkat lunak
(software) dan konten dalam negeri untuk tampil di pameran internasional
Centrum for Boroautomation, Informationstechnologie und
Telekommunikation (CeBIT) 2017 di Hannover, Jerman.
"CeBIT
merupakan pameran terbesar di dunia bidang informasi teknologi dan
solusi telekomunikasi maupun perkantoran, yang menjadi barometer
kemajuan era digital dan ajang pertarungan inovasi," kata Dirjen
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) I
Gusti Putu Suryawirawan, melalui keterangan tertulis.
Selain mempromosikan kemampuan produk lokal di kancah global, partisipasi ini sekaligus untuk meningkatkan akses pasar ke Eropa.
Ke-13
peserta yaitu PT. Sydeco, PT. Solusi 247, PT. Data Aksara Matra, PT.
Andaru Sakra Karsa (Cybermantra), PT. Tata Sarana Mandiri, Icon +, Agate
Studio, Indigo Creative Nation, PT. Jojonomic Indonesia, PT. Digi Pedia
Indonesia, PT. Orlantsoft Data System, PT. Aero Terra Indonesia, dan
PT. Mitra Konsultansi Indonesia.
Mereka terpilih melalui tahap seleksi "Open Call for CeBIT 2017" sejak 6 Februari lalu.
Pameran
yang diselenggarakan oleh Deutsche Messe AG setiap tahun ini kerap
dihadiri kalangan industri, pengusaha grosir dan ritel, pelaku
perbankan, sektor jasa, instansi pemerintah, serta para pengguna
teknologi digital.
Kegiatan ini akan
berlangsung pada tanggal 20-24 Maret 2017 dan ditargetkan diikuti
sekitar 3.000 peserta dari 70 negara dan 200.000 pengunjung dari 100
negara.
Putu menyampaikan, Kemenperin telah memfasilitasi keikutsertaan di ajang CeBIT sejak tahun 2012.
"Kami
selalu membawa produk baru dari berbagai industri software lokal ke
ajang CeBIT tiap tahun untuk mendorong partnership yang potensial dengan
pelaku bisnis lainnya," ujar Putu.
Salah satu
produk unggulan yang dibawa ke CeBIT adalah smartcard produksi PT. Data
Aksara Matra dengan software 100 persen tingkat kandungan dalam negeri
(TKDN) namun bisa dipakai di platform internasional.
Dari
keikutsertaan di CeBIT sebelumnya, telah terdapat perusahaan Indonesia
yang mendapat proyek kerja sama dengan pihak luar negeri dalam bidang augmented reality, atau teknologi yang dapat menambahkan benda maya ke dalam proyeksi lingkungan nyata.
Menurut
Putu, industri elektronika dan telematika nasional, terutama yang
menghasilkan software, konten dan game telah mampu bersaing dengan
produk luar negeri.
"Tidak hanya yang sudah
mapan, para startup industri ini juga makin tumbuh dan berkembang di
Indonesia. Kebanyakan mereka yang menggeluti dunia ini adalah generasi
muda sehingga bisa mendapat kesempatan menimba pengalaman di CeBIT,"
tuturnya.
Putu optimistis, pengembangan industri software dan konten di Tanah Air masih prospektif karena pasarnya cukup besar.
"Ini
yang harus kita manfaatkan. Kami juga akan melakukan kebijakan dalam
pengamanan pasar dalam negeri, antara lain melalui penerapan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan penerbitan aturan tingkat komponen dalam
negeri (TKDN)," sebutnya.
Putu pun menekankan,
pelaku industri perlu menjalin kerja sama dengan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dalam pelaksanaan pendidikan vokasi.
"Hal ini merupakan arahan dari Bapak Presiden Jokowi agar SMK bisa link and match dengan industri sehingga lulusan SMK nantinya bisa langsung kerja sesuai kebutuhan industri," jelasnya.
Deputi
Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) Hari Santosa
Sungkari juga menyampaikan harapan akan naiknya kontribusi ekspor dari
ekonomi kreatif, salah satunya melalui CeBIT 2017.
"Di
2019, kita menargetkan kontribusi ekonomi kreatif bisa meningkat dalam
tiga hal, yakni PDB sebesar 12 persen, serapan tenaga kerja sebesar 13
persen dan ekspor 10 persen," paparnya.
Ekonomi
kreatif sendiri memiliki 5 rantai nilai, yaitu kreasi, produksi,
distribusi, konsumsi dan konservasi. Keikutsertaan Indonesia dalam CeBIT
tidak hanya untuk menyasar pasar Jerman saja, tetapi agar produk
Indonesia bisa masuk ke jalur distribusi global dan berkolaborasi dengan
perusahaan besar dunia.
"Dari pameran ini juga
diharapkan ada Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk dan membiayai
produk-produk Indonesia," ujar Hari.
Selanjutnya, para peserta dari Indonesia, papar Hari, akan mengikuti pertemuan bisnis pada 21 Maret 2017 yang merupakan ajang matchmaking antara calon pembeli dan investor.
Pembentukan technopark
Sementara
itu, Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin, Achmad
Rodjih Almanshoer mengatakan, industri software dan konten turut
berperan dalam memacu pertumbuhan industri dan ekonomi nasional. Apalagi
dengan berkembangnya era ekonomi digital saat ini.
Hal
ini terlihat dari sebagian besar penduduk Indonesia memiliki lebih dari
satu perangkat digital seperti ponsel, laptop, dan komputer yang
merupakan pasar industri software dan konten.
Menurut
Rodjih, berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN)
tahun 2015-2035, industri elektronika dan telematika merupakan sektor
andalan yang perlu ditumbuh kembangkan, termasuk di dalamnya adalah
industri perangkat lunak, konten, dan permainan.
Sejauh
ini, berdasarkan data asosiasi di Indonesia, telah ada sekitar 93
perusahaan industri software, 23 perusahaan industri permainan, dan 11
perusahaan industri animasi.
Untuk mendukung
pengembangan sektor tersebut, Kemenperin juga memfasilitasi pembentukan
Technopark di lima kota besar di Indonesia, yakni Bandung (Bandung
Techno Park), Denpasar (TohpaTI Center), Semarang (Incubator Business
Center Semarang/IKITAS), Makassar (Makassar Techno Park – Rumah Software
Indonesia, dan Batam (Pusat Desain Ponsel).
"Kelima
Technopark ini merupakan bagian dari total 23 Technopark yang menjadi
program prioritas Bapak Presiden Jokowi," ungkap Rodjih.
Menurutnya,
masing-masing Technopark memiliki program unggulan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi (information and communication technology/ICT),
seperti Bandung Techno Park fokus pada pengembangan aplikasi, Pusat
Desain Ponsel Batam pada pengujian dan desain ponsel serta animasi,
TohpaTI Center pada bidang animasi, IKITAS dalam bidang pengembangan
aplikasi dan animasi, serta Makassar Techno Park dalam bidang
pengembangan aplikasi.
"Dengan bantuan
Technopark, pebisnis startup akan diinkubasi, diedukasi, serta
difasilitasi untuk mengembangkan usahanya sehingga nantinya menjadi
mandiri dan bisa bersaing dengan industri lain yang sudah mapan," tutur
Rodjih.
Ditambahkannya, pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi yang semakin luas diyakini akan menciptakan
berbagai peluang bisnis baru yang berkaitan dengan perkembangan
teknologinya, seperti penyediaan sarana dan prasarana berupa perangkat
keras dan perangkat lunak.
Share on Social Media