Batam

Ardi Didampingi Edi Sutrisno dan Donna Justitia Telusuri Peninggalan Sejarah di Pulau Buluh

Juliadi | Jumat 04 Feb 2022 22:53 WIB | 1325

Pariwisata


Kadisbudpar Batam, Drs. Ardiwinata, melihat sumur tua di Pulau Buluh, Jumat (4/1/2022)


MATAKEPRI.COM, BATAM -- Asosiasi Pariwisata yang berdomisiili di Batam menelusuri beberapa peninggalan sejarah yang ada di Pulau Buluh Kecamatan Bulang, penelusuran ini dipimpin langsung Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kota Batam, Drs. Ardiwinata didampingi direktur Eksekutif Batam Tourism and Promotion Board (BTBP), Edi Sutrisno; Camat Bulang, Ramadhan Zuhri dan Lurah Pulau Buluh, Borhan. 


Kadisbudpar Batam, Drs. Ardiwinata didampingi Direktur Eksekutif BTBP, Edi Sutrisno dan Ketua DPD ASPPI Kepri, Donna Justitia, saat melihat sumur tua semalam 7 meter di Pulau Buluh, Kecamatan Bulang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Jumat (4/1/2022) 


Kegiatan ini dilakukan usai menyalurkan bantuan kepada korban musibah kebakaran di Pulau Buluh, Jumat (4/2/2022).


Tempat pertama yang dikunjungi adalah sumur atau perigi tua sedalam 7 meter. Sumur ini mewakili situs tertua yang masih dapat dideteksi jejaknya di pulau bersejarah itu. Kondisi sumur tersebut terlihat sudah tidak terawat dan ditumbuhi rerumputan juga lumut hijau. 


Kemudian rombongan melanjutkan melihat pasar pertama  Batam, Bangunan Lama Tionghoa, bekas bangunan Kantor Camat Pertama Batam, dan diakhiri ke Toa Pekong Puluh Buluh yang kini berganti nama menjadi Vihara Samudra Bhakti.


Direktur Eksekutif BTBP, Edi Sutrisno mengisahkan sumur atau perigi tua  tersebut dulunya dijadikan  sebagai sumber air tawar bagi warga setempat selama beratus tahun silam. Katanya lagi, sumur tersebut terbuat dari susunan bata berlabel batam,  produksi pabrik  Batam Brick Works yang dibangun oleh Raja Ali Kelana pada sekitar tahun 1896.


Diceritakannya, Pulau Buluh memiliki sejarah dan tak terpisahkan dari perkembangan Batam.


“Pusat pemerintahan pertama atau kantor kecamatan pertama  dulunya adalah Pulau Buluh, kemudian baru berpindah ke Belakang Padang sekitar tahun 1953 dan setelah Batam menjadi kota administratif pada tahun 1983 maka pusat pemerintahan berada di Batam,” kata Edi.


Edi juga menjelaskan, Pulau Buluh mempunyai pasar pertama di Batam. Bentuk bangunan gedungnya hingga sekarang masih dipertahankan warga Tionghoa yang ada di Pulau ini.


"Inilah ciri-ciri pasar lama, gedung ini dulunya dimiliki oleh toke Tionghoa," pungkasnya.


Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kepri, Donna Justitia mewakili asosiasi lainnya mengaku baru mengetahui kalau di Pulau Buluh ternyata banyak terdapat bangunan peninggalan bersejarah. Dirinya senang karena bisa ikut melihat langsung objek-objek bersejarah tersebut.


“Ini bisa dikemas dan dijadikan paket wisata sejarah kedepannya,” sebut Donna.


Sementara Kadisbudpar Kota Batam, Drs. Ardiwinata menuturkan,  Pulau Buluh memiliki  hubungan linear dengan Batam, karena  dari kerajaan Riau Lingga melalui Yang Dipertuan Besar dan disyahkan oleh Yang Dipertuan Muda Yang berada di Penyengat bahwa menunjuk pemimpin di dua kawasan Nongsa dan Puluh Buluh yang diberi gelar amir yang dalam bahasa arab berarti pemimpin. Amir Nongsa sepertinya sudah mulai terangkat dalam konsep pelestarian dan pemajuan budaya.


“Ada Satu lagi yang perlu kita angkat kembali, yakni amir Pulau Buluh. Memang kalau secara tamadun yang lebih tua adalah Amir Nongsa,” jelas Ardi.


Ditambahkan Ardi, amir Pulau Buluh memerintah Pulau Buluh. Masih banyak peninggalan-peninggalan berada di pulau ini.


“Apapun yang berbau sejarah jangan diubah dulu. Ada Tim Ahli Cagar Budaya atau TACB yang mengkurasinya," pesan Ardi  kepada masyarakat Pulau Buluh. (*/Adi) 



Share on Social Media