News

Aksi Bunuh Diri Live di Facebook, Psikolog: Sangat Ironis, Kominfo: Stop Memviralkan

| Sabtu 18 Mar 2017 10:54 WIB | 3011



Ilustrasi


MATAKEPRI.COM - Pahinggar Indrawan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri sambil live di Facebook. Hal ini sangat ironis mengingat sesaat sebelum gantung diri, Indra menyebut menyayangi istri dan anaknya.

"Yang kita pertanyakan, kalau pelaku ini merindukan istrinya dan menyayangi anaknya maka bukankah sesungguhnya dia ingin hidup dan berumur panjang bersama istri dan anaknya. Tapi sekarang ironis, dia rindu istrinya dan sayang anaknya tapi dia memilih untuk mengakhiri hidupnya," kata psikolog Reza Indragiri saat berbincang dengan detikcom, Jumat (17/3/2017). 

Bunuh diri ini juga dinilai Reza menimbulkan pertanyaan lain, yaitu apakah benar karena keinginan Indra semata untuk 'pergi' atau kebutuhannya untuk mendapatkan pertolongan.

"Nah pertanyaan yang muncul adalah apakah pelaku ini memang sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya atau lebih pada keinginan untuk mencari pertolongan dan mendapat bantuan," ujarnya.

Apabila aksi live bunuh diri ini benar untuk mendapatkan bantuan, maka menurut Indra upaya tersebut gagal sehingga berlanjut dengan aksi bunuh diri alias kebablasan. 

Indra memaparkan, dari sekian banyak kasus upaya bunuh diri, para pelaku yang gagal mengakhiri hidupnya mengaku membatalkan keinginan tersebut jika ada orang yang mengulurkan tangannya atau menyediakan telinganya untuk mendengar di detik-detik upaya bunuh diri itu. 

Hal ini bisa memicu pelaku mengurungkan niatnya untuk melanjutkan aksi nekat tersebut.

"Nah ini pesan pada kita bahwa kalau saja orang-orang yang melakukan bunuh diri tersebut pada dasarnya ingin mencari pertolongan atau bantuan maka semestinya masih ada yang bisa kita lakukan menjelang orang tersebut mengakhiri hidupnya," ucap Reza.

"Tapi karena tidak tersedia telinga, tidak tersedia mata, tidak tersedia tangan yang diulurkan maka ya sudah orang itu semakin tenggelam dalam pemikiran sempit bahwa bunuh diri adalah solusi, padahal ini adalah solusi yang salah," sambungnya.

Lebih jauh, efek dari kasus ini juga bisa berujung pada copycat suicide, atau orang memilih bunuh diri karena faktor meniru, bukan karena adanya tekanan atau masalah berat yang sedang dihadapi.

"Kenapa akhirnya ada orang yang bunuh diri dengan latar belakang copycat suicide, karena orang-orang tersebut secara salah menangkap pesan dari kita bahwa ternyata aksi tragis semacam ini diekspos habis-habisan oleh media sehingga bisa viral. Kita harus tegaskan di samping sedih, prihatin, ini salah besar," tutur Reza.

"Kita boleh bersedih, merasa kehilangan. Tapi demi kepentingan bersama, pesan yang paling harus kita garis bawahi adalah salah! salah! Jangan ditiru! Bukan menyelesaikan masalah (dengan bunuh diri), justru memperlebar dan menularkan masalah," imbuhnya.

Dia pun mengimbau agar warga lebih baik tidak melihat video tersebut. Sebab hal tersebut bisa memicu inspirasi untuk melakukan hal serupa dengan efek 'populer'.

"Nonton adegan itu tidak ada gunanya, bagi orang yang sedang sedih, orang yang terpisah dari orang tersayang, orang-orang yang sedang bermasalah kan bisa jadi sangat rentan dan bisa jadi meniru, jadi tidak usah dilihat dan di-download," tegas Reza. 

Kominfo : STOP Menviralkan!

Sejak diunggah pertama kali secara live di Facebook oleh Pahinggar Indrawan (35), video gantung diri tersebut ramai di-share oleh masyarakat. Kominfo meminta pembagian video itu dihentikan.

"Saya mengimbau bagi siapa saja yang memiliki video tragedi kejadian bunuh diri ini untuk tidak menyebarkan," ujar Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan, Jumat (17/3/2017).

Selain itu, Semuel meminta masyarakat yang sudah telanjur mengunggah video itu di akun media sosialnya menurunkan video tersebut.

"Dan segera men-take-down lewat apa pun, internet juga social media," ujar Semuel.

Menurut Semuel, share video gantung diri tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

"Tragedi seperti ini tidak untuk dipertontonkan," kata Semuel.(*/dtk)




Share on Social Media