News

Wow...Ternyata Harga Beras di Indonesia Lebih Tinggi Dibandingkan Harga Beras Internasional

Maman | Senin 19 Jun 2017 06:34 WIB | 1543



ilustrasi


MATAKEPRI.COM, Jakarta - Ternyata harga beras yang ada di Indonesia di nilai memiliki harga yang lebih tinggi di bandingkan dengan harga beras internasional. Hal tersebut di rilis oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

Dikutip dari Suaramerdeka, Senin (19/6/2017) bahwa pada 2016, harga beras dalam negeri berada di level 1 dolar Amerika Serikat (AS) per kilogram (kg), sementara harga beras internasional hanya sekitar 0,4 dolar AS per kg. Harga tersebut mengacu pada harga eceran rata-rata nasional di Indonesia.

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati mengatakan, mahalnya harga beras Indonesia tak hanya karena mahalnya ongkos produksi padi petani dalam negeri, melainkan juga karena tingginya margin dalam tata niaga beras.

“Mahalnya harga beras Indonesia juga karena disparitas harga yang tinggi dari produsen atau petani hingga ke konsumen. Margin di tata niaga tinggi. Bahkan disparitasnya bisa hampir 100%. Harga beras yang kita beli di pasar harganya Rp 11.000 per kg, di petani bisa hanya Rp 6.000 per kg,” jelas Enny di Jakarta, Minggu (18/6).

Enny mengungkapkan, tata niaga beras yang panjang dan kurang efisien tersebut jadi kontributor dominan mahalnya harga beras di Indonesia. Selain itu di sektor hulu, menurut dia, rendahnya produktivitas ratarata padi nasional juga membuat harga beras di Indonesia tergolong mahal dibandingkan dengan negara ASEAN lain sesama produsen beras.

“Produktivitas lahan kita yang rata-rata nasional lima sekian ton per hektare. Ini bicara rata-rata se-Indonesia, bukan per spot. Di Jawa memang banyak yang produktivitas sampai 10 ton per hektare, tapi kalau ratarata nasional itu lima ton per hektare.

Negara lain sudah di atas itu,” jelas Enny. Selain itu, lanjut dia, pengelolaan pascapanen petani padi di Indonesia masih sangat tradisional. Menurut dia, penanganan padi pascadipanen yang masih sangat sederhana, membuat banyak panen padi yang loss (hilang) cukup besar. “Yang tidak bisa dilupakan itu loss dari pascapanen.

Kita kan tahu kalau petani panen jemurnya sederhana, mesin perontoknya seadanya, ini kan memengaruhi ke jumlah loss padi, kemudian juga berpengaruh ke kualitas,” terang Enny.(*)

Sumber : Suaramerdeka



Share on Social Media