Batam, News, Kepri

ITEBA Dukung Program Pemerintah Untuk Wujudkan Revolusi Industry 4.0 Di Kepri

Egi | Rabu 18 Sep 2019 20:52 WIB | 2305

Perguruan Tinggi/Sekolah
Organisasi Jurnalis


Acara Sidang Senat terbuka Institut Teknologi Batam (ITEBA) (Foto: Egi)


MATAKEPRI.COM,BATAM-Institut Teknologi Batam (ITEBA) bersama Yayasan Vitka bertekad mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Revolusi Industry 4.0 di wilayah Batam, Kepulauan Riau khususnya dan Indonesia pada umumnya.


Rektor ITEBA DR.Ing. M.Sukrisno Mardyanto mengatakan sebagai Institusi Pendidikan Teknologi, Sains dan Seni Desain, kami memiliki misi dan visi untuk mewujudkan hal tersebut sesuai kondisi nyata saat ini dan di masa depan.


"Kami memang mempersiapkan generasi muda Batam serta Kepulauan Riau dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0 itu. Sebagai institusi pendidikan teknologi, sains dan seni desain, kami memiliki misi dan visi untuk mewujudkan hal tersebut sesuai kondisi nyata saat ini dan di masa depan,"ujar Rektor ITEBA kepada wartawan, pada acara Sidang Senat terbuka ITEBA pada hari Rabu (18/9) pukul 10.00 wib


Menurutnya, salah satu langkah yang layak dan perlu dilakukan untuk mendukung program pemerintah dalam mempersiapkan SDM yang unggul dalam bidang teknik, sains dan desain sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan industri di Indonesia, kawasan Asia Tenggara dan Internasional. 


Dalam rangka membangun SDM dapat dilakukan dengan memberdayakan Perguruan Tinggi berbasis sains, teknologi, engineering dan matematika (STEM),dan seni. Dalam rangka mendukung program pemerintah RI itulah ITEBA telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait.


"Kami telah menjadi salah satu perguruan tinggi yang menjalin kerjasama dengan Apple corporation. Hal ini diwujudkan dalam program Apple Foundation berupa kelas jangka pendek (1 bulan) yang dirancang dengan metode Challenge-based learning untuk memberikan kesempatan kepada calon World-Class Developers untuk mendalami Framework Apple agar mampu merancang prototipe aplikasi dalam ekosistem Apple,"ungkapnya.


Ini adalah salah satu persiapan untuk mencetak para calon ahli Teknologi Informasi kelas dunia. Sedangkan kerjasama dengan industri di Batam, ITEBA telah kerjasama dengan PT LABTECH dan Kawasan industri lainnya yang terkait dengan itu. 


"Bentuk kerjasama lainnya adalah dengan Nongsa Digital Park (NDP) lanjutnya, yang merupakan kerjasama jangka panjang, dimana mahasiswa dapat melakukan kerja praktek di industri animasi sesuai dengan bidangnya," Tuturnya.


Sementara itu, Pembina sekaligus owner dari Yayasan Vitka Asman Abnur mengatakan Revolusi Industri ke-1 pada Abad ke-18 yang diawali dengan mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara merubah peradaban ciri khas Society 2.0 dan memicu Society 3.0.


"Itulah kami yakin. Untuk menjadikan Batam sebagai basis era revolusi baru. Karena, Batam yang merupakan destinasi wisata sekaligus industri keduanya merupakan rangkaian dari society 4.0, untuk menuju Society 5.0,"ucap Asman.


Dia menjelaskan dengan lahirnya generasi baru seperti Society 5.0 merupakan hal  baru bagi masyarakat. Sebab, Revolusi industri ke-3 ini kemudian melahirkan Society 4.0 di mana kegiatan bermasyarakat mulai menggunakan teknologi informasi sebagai nilai tambah untuk menghubungkan aset tidak berwujud dan menggabungkannya untuk membentuk jaringan informasi.


"Dimana-mana orang menggunakan aplikasi dari handphone hanya untuk, membooking tiket, membayar tagihan, dan lain sebagainya itu adalah bentuk dari terwujudnya Society 4.0. Apakah kita mau ketinggalan, sebab mau tidak mau zaman akan terus berputar," ujarnya.


Sehingga di era Revolusi Industri ke-4 terjadi fungsi berbagai kemajuan teknologi yang memiliki inovasi yang bergerak cepat dan semua serba terkoneksi. Ini eranya IoT (internet of things), bahkan internet of everything yang ditandai dengan adanya kecerdasan buatan atau AI (artificial intelligence), self-driving car, big data, 3D printing, augmented reality, autonomous robot dan teknologi pintar lainnya. 


Di sinilah kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) masuk. Karena daya komputasi dua kali lipat dalam waktu kurang dari setiap dua tahun, maka kekuatan AI meningkat dengan sangat cepat. Ini membuka kemungkinan baru, tetapi juga bahaya baru, katanya.(EAG)




Share on Social Media