Batam

KKSS di Kepri Berduka, Sikap Ketum Ciptakan Perpecahan

Juliadi | Minggu 26 May 2024 17:45 WIB | 543

Ormas/LSM/Paguyuban/Komunitas


salah satu warga di BPD KKSS Batam, Daeng Harianto, Minggu (26/5/2024)


Matakepri.com, Batam -- Gejolak dalam pemilihan Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dalam balutan Musyawarah wilayah (Muswil) 2024 di Tanjungpinang, beberapa waktu lalu, menuai kontra. 


Terpilihnya Ady Indra Pawennari, sebagai ketua tak lepas dari beragam kecurangan. 


Ada dua kandidat calon ketua, yakni Akhmad Rosano dan Ady Indra Pawennari. Ada banyak dugaan penyimpanan dalam proses petenapan yang pada akhirnya mengerucut hingga Ady Pawennari dipilih secara aklamasi. 


Dugaan demi dugaan itu disampaikan oleh salah satu warga di Badan Pengurus Daerah (BPD) KKSS Batam, Daeng Harianto. Sikap yang diambil oleh Ketua Umum (Ketum) Badan Pengurus Pusat (BPP) KKSS, Muchlis Patahna, menciderai aturan organisasi hingga menimbulkan perpecahan. 


"Saya sebagai salah satu warga KKSS yang berada di Batam, menyayangkan dan sangat sedih melihat sikap serta keputusan yang diambil Ketua Umum BPP KKSS (Muchlis Patahna). Kita menilai keputusan ini adalah keputusan yang arogan, otoriter, dan melukai hati kita semua," ujarnya, Minggu (26/5/2024). 


Prosesi pemilihan Ketua BPW KKSS Kepri, disebut melanggar Aturan Dasar dan Aturan Rumah Tangga (AD/ART) organisasi. Banyak pandangan yang berbeda. Dari situ, ia menilai Muswil tersebut ilegal, sampai berujung konflik. 


Lanjut Harianto, seharusnya, sebagai pimpinan tertinggi KKSS, harusnya mengambil keputusan bijak, minimal melakukan skorsing dalam Muswil tersebut untuk kemudian mendudukkan, memusyawarahkan secara tertutup. Namun faktanya, Muswil tetap berlanjut. 


"Sebagai salah satu junior di organisasi, saya menilai bahwa Muswil itu ilegal. Saya sepakat dengan Ketua KKSS Batam, karena itu tidak dibenarkan, tidak ada di situ diatur bahwa dasar Muswil itu dengan menggunakan SK perpanjangan. SK perpanjangan itu tidak ada di dalam AD/ART organisasi. Jadi apa yang dilakukan oleh Ketua Umum KKSS melukai hati kita semua. Jujur, saya melihat KKSS di Kepri ini sedang berduka atas keputusan yang diambil Ketua Umum yang membuat perpecahan di warga KKSS itu sendiri," terangnya. 


Tak cuma itu, dia juga tidak akan mengakui Ketua Terpilih sebagai Ketua KKSS Kepri, karena banyak intrik kotor dalam proses pemilihan. Harianto juga tak ingin berbicara soal perolehan suara atau kemenangan dari salah satu calon, tapi ia menyoroti jalannya Muswil yang tak sesuai aturan. 


"Calon yang kita dukung, Bapak Akhmad Rosano, kita bisa menangkan beliau. Tapi ini bukan persoalan itu saja, bukan soal kemenangan, melainkan kita berorganisasi harus mengikuti aturan. Ketika pemimpin-pemimpin tertinggi tidak mengindahkan aturan itu, ya, maka kita sangat malu sebagai warga yang punya pemimpin otoriter, tak mau mendengarkan, mengambil keputusan sendiri seakan-akan organisasi ini milik mereka pribadi," kata dia. 


Muswil tersebut diwarnai aksi walk out oleh BPD KKSS Batam, dan juga beberapa pilar penting dalam organisasi. Di samping itu, beberapa oknum pengurus juga ikut 'main mata' dengan salah satu kandidat untuk memuluskan jalannya. 


"Saya kalau berada di posisi Katua Terpilih, tidak akan bangga menjadi Ketua BPW KKSS Kepri di tengah perpecahan. Saya juga melihat gelagat yang kurang bagus dari oknum-oknum pengurus KKSS Kepri yang berperan sebagai ketua panitia dan penyelenggara. Mereka seharusnya netral, tapi mereka terkesan terlibat dalam pemenangan salah satu kandidiat, itukan miris. Jadi semua tidak fair. Mekanisme dan dasar itu kita tolak, prosesnya juga luar biasa, banyak oknum yang tidak netral," tegas Harianto. 


Selain itu, anehnya lagi, lanjutnya, Ketua Umum KKSS diketahui mengunjungi salah satu rumah kandidat. Ia pun tidak tau maksud dan tujuannya, hanya saja ia menduga bahwa itu merupakan cara-cara khusus dari yang bersangkutan untuk memenangkan salah satu kandidat. 


"Masa seorang Ketua Umum berkunjung ke rumah salah satu kandidat. Ketika kandidat yang dari Batam menghubungi beliau ingin bertemu, beliau mengatakan rapat dan kemudian ruang pertemuan itu seperti tertutup dan hanya untuk salah satu calon yang ada. Oknum sekretaris DPW KKSS kepri juga kami duga dia sebagai juru lobi untuk meraih suara ke salah satu kandidat. Ini miris. Penasehat KKSS pun sampai turun. Apa ini namanya ber organisasi yang baik dan benar," katanya. 


Dia menambahkan, bahwa saat ini KKSS Kepri sedang berduka pasca Muswil yang dinilai tak sah atau ilegal. Ditambah lagi menimbulkan perpecahan. 


"Intinya KKSS Kepri berduka, Ketum KKSS ciptakan perpecahan. Percuma namanya kerukunan, keluarga, kalau itu hanya tulisan dan kata-kata. Kalau seorang Ketua Umum tidak bisa mewujudkan itu, keputusan dia malah membuat perpecahan," tutup Harianto. (*) 


Redaktur : ZB



Share on Social Media