Batam

Kelurahan Batu Merah Luncurkan Program Perlindungan Anak

Maman | Sabtu 27 Oct 2018 14:23 WIB | 2840




MATAKEPRI.COM, Batam - Donni Syarbaini A.MD Lurah Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar memaparkan program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) yang merupakan program perlindungan anak.

Di sampaikan Donni bahwa PATBM merupakan sebuah gerakan dari jaringan atau kelompok warga pada tingkat masyarakat.

"Masyarakat bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan memberikan perlindungan terhadap anak-anak, serta menumbuhkan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk melakukan upaya-upaya pencegahan untuk membangun kesadaran masyarakat agar terjadi perubahan pemahaman, sikap, dan perilaku yang memberikan perlindungan  kepada anak," ucap Donni.


  Lanjut Donni, melalui PATBM akan dilakukan sejumlah kegiatan seperti 

memberikan penyuluhan, memberikan pencegahan, memberikan penanganan, 

dan memberikan rehabilitasi terkait isu perlindungan anak. 

Untuk itu dibutuhkan sinergitas seperti 1.lembaga desa/perangkat desa, 2.posyandu, 

3.sekolah, 

4.kader KB, 

5.PATBM desa lain, 

6.Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). 

Berdasarkan survey Kemen PPPA pada 2013 menunjukkan bahwa pada kelompok umur 18-24 tahun, menunjukkan 1 dari 2 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan setidaknya mengalami salah satu pengalaman kekerasan seksual, fisik atau emosional sebelum berumur 18 tahun dan pada kelompok umur 13-17 tahun, menunjukkan bahwa tidak lebih dari 30% anak laki-laki maupun perempuan yang melaporkan mengalami  paling tidak salah satu jenis kekerasan atau lebih (fisik, seksual, dan emosional). Fenomena lain yang terungkap adalah anak sebagai pelaku kekerasan semakin meningkat setiap tahunnya dan umumnya anak pelaku juga pernah mengalami kekerasan.


Untuk mengembangkan / meningkatkan PATBM masih terdapat beberapa tantangan, diantaranya :

a. Fenomena jumlah kasus kekerasan terhadap anak yang cukup signifikan 

b. Masih banyaknya daerah kota dan Kelurahan yang belum terjangkau untuk menjadi PATBM.

c. Minimnya pemangku aktivis/pemerhati anak yang terlatih PATBM

d. Minimnya penganggaran terkait PATBM 

e. Indonesia mempunyai kultur, budaya, dan agama yang berbeda-beda. 

f. Berbagai kegiatan PATBM terlaksana baik karena adanya dukungan dari para penggerak kegiatan, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pendidikan, dan tokoh penggiat aktivis anak dan keluarga yang ada di sekitar lingkungan kelurahan PATBM.

"Saya berharap melalui PATBM dapat menurunkan angka kekerasan pada anak dengan mengubah norma sosial dan praktik budaya yang menerima, membenarkan atau mengabaikan kekerasan,"pungkasnya.(rilis/iwan fajar) 



Share on Social Media